Saat masih kecil, seorang anak biasanya membayangkan bintang jatuh atau meteor sebagai sesuatu yang indah dan menakjubkan.
Namun faktanya, pertunjukan langit tersebut berbahaya dan juga mengingatkan kita bahwa, Bumi bukan satu - satunya benda kosmik yang berada di jagat raya.
Seperti salah satunya yang dapat terjadi, hujan meteor Perseid.Hujan meteor Perseid, yang terjadi setiap tahun di pertengahan Agustus, terjadi ketika Bumi berputar melewati jejak yang ditinggalkan oleh Komet Swift-Tuttle.
Namun faktanya, pertunjukan langit tersebut berbahaya dan juga mengingatkan kita bahwa, Bumi bukan satu - satunya benda kosmik yang berada di jagat raya.
Seperti salah satunya yang dapat terjadi, hujan meteor Perseid.Hujan meteor Perseid, yang terjadi setiap tahun di pertengahan Agustus, terjadi ketika Bumi berputar melewati jejak yang ditinggalkan oleh Komet Swift-Tuttle.
Pada 1973 seorang ahli astronomi, Brian Marsden di
Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, memprediksi bahwa
Swift-Tuttle akan bertabrakan dengan Bumi pada 2126. Prediksi tersebut diramalkan oleh Brian berdasarkan hasil penghitungan observasi terbatas pada orbit suatu objek. Prediksi
kiamat tersebut kemudian ditarik kembali. Namun, apa yang akan terjadi
jika meteor tersebut benar-benar menghantam Bumi ?
"Kita harus
memastikan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi," kata Donald Yoemans,
ilmuwan peneliti senior Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena,
California.
Ketika Swift-Tuttle terlihat pada 1992, Yoemans
merupakan salah satu di antara beberapa ilmuwan yang menghasilkan model
revisi pergerakan komet. Mereka
membuat perhitungan yang lebih rumit untuk memperhitungkan efek
gravitasi matahari dan planet-planet di orbit batu angkasa. Penampakan
tersebut bersama dengan data dari tahun 1562 dan 1737 memberikan
cukup banyak informasi bagi para ahli astronomi untuk memprediksi
tabrakan di 2126.
"Walaupun begitu, komet Swift-Tuttle bukan
merupakan batu angkasa biasa. Benda tersebut adalah salah satu objek
terbesar yang melewati Bumi," kata Donald.
Objek kosmik tersebut
dapat melintas sejauh 26 kilometer. Pada saat mendekati orbit Bumi
--hampir setiap 136 tahun sekali -- komet tersebut melesat dengan
kecepatan 36 mil per detik atau lebih dari 150 kali kecepatan bunyi.
Dampak Tabrakan Komet terhadap Bumi
Jika
komet tersebut menabrak planet manusia, akan menghasilkan energi 300
kali lebih besar dari peristiwa pada Era Cretaceous - Tertiary yang
menyebabkan punahnya dinosaurus, 65 juta tahun yang lalu. "Akan menjadi hari yang sangat buruk untuk Bumi," kata Donald.
Namun, menurut seorang ahli geologi di Princton University, Gerta Killer, ukuran komet atau asteroid bukanlah satu-satunya tolak ukur dampak tabrakan kosmik. "Tabrakan
sebuah komet di daratan ataupun perairan dangkal 'agak menghancurkan'
wilayah sekitarnya. Tapi kerusakan sesungguhnya berasal dari gas di
stratosfer -- lapisan ozon," kata Keller.
Belerang dioksida akan menyebabkan terjadinya pendinginan, dan karbondioksida akan menyebabkan panas berkepanjangan. Kejadian seperti ini lebih diantisipasi sebagai penyebab perubahan iklim drastis dan menyebabkan kepunahan di seluruh dunia.
Namun,
Keller juga mengingatkan kembali bahwa sebagian besar permukaan Bumi
ditutupi lautan. Benturan di laut dalam dapat menyebabkan terjadinya
gempa bumi dan tsunami. "Seperti yang diketahui banyak ilmuwan
pada umumnya tentang efek erupsi gunung api bawah laut, dampaknya
terhadap atmosfer dapat diredam samudera. Jadi, tabrakan komet dan Bumi
tidak akan mengakibatkan kepunahan massal," ujar Keller.
Para ilmuwan memperhitungkan, Swift-Tuttle akan mendekati Bumi pada 5 Agustus 2126, dengan jarak 60 kali jarak Bulan ke Bumi. "Objek
yang sekarang tidak akan mendekati orbit Bumi lebih dekat dari 130.000
kilometer. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, prediksi tersebut
menjadi lemah. Kita tidak bisa memungkiri kemungkinannya dalam 10 ribu
tahun mendatang," kata dia.
Kebimbangan dalam perhitungan
ilmuwan itu dipengaruhi oleh perubahan kecil komet pada orbitnya, setiap
kali benda tersebut mengitari matahari. Contohnya, ketika komet
melintas di dekat matahari dan memanas, mengakibatkan gas bertindak
sebagai jet pendorong yang mengakibatkan sedikit perubahan lintasan. "Efek
pada Swift-Tuttle sangat sedikit. Hampir diakibatkan oleh massa komet
yang sangat besar. Namun, setelah ribuan tahun berlalu, efek yang tidak
dapat diprediksi membuat orbit objek kosmik semakin susah ditebak," kata
Donald. "Kita memiliki banyak asteroid di angkasa sana yang
bisa menabrak Bumi. Tapi kemungkinan dampaknya sangat kecil dan tidak
perlu terlalu dicemaskan," sambung sang ahli.
0 comments:
Post a Comment